Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran


 Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best (Bob Talbert)

Kutipan di atas mengungkapkan bahwa mengajarkan anak untuk menguasai teori berhitung memang penting, namun mengajarkan anak tentang memahami dan MENERAPKAN/menggunakan konsep berhitung (materi pembelajaran pengetahuan) dalam kehidupan sehari-hari itu jauh lebih berharga. Demikian juga halnya dengan kita, khususnya saya. Secara pribadi, saya mengikuti program pendidikan guru penggerak ini untuk dapat lebih meningkatkan wawasan sekaligus tertantang untuk mengaplikasikan materi yang telah diperoleh. Jika hanya penguasaan materi/teori, ilmu yang diperoleh hanya tersimpan dalam diri kita sendiri. Namun, jika materi/ilmu diaplikasikan, orang lain akan mendapatkan manfaatnya. Nah, mengapa harus program pendidikan guru penggerak? Karena dalam program ini, saya selaku calon guru penggerak dituntut bukan hanya menguasai teori, melainkan juga mengimbaskan/menerapkannya di lingkungan sekolah melalui aksi nyata untuk mewujudkan pembelajaran yang berdampak pada murid. Modul Program Pendidikan Guru Penggerak ini pun lengkap. Mulai dari pemahaman filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru, Visi Guru, Budaya Positif, Pembelajaran Diferensiasi, Pembelajaran Sosial Emosional, Coaching, sampai dengan Pengambilan Keputusan, keseluruhannya mengimbas pada proses pembentukan karakter/ nilai-nilai positif, baik guru maupun murid.

Kutipan tersebut juga dapat dimaknai bahwa mengajarkan anak tentang ilmu pengetahuan memang baik, namun lebih penting lagi mengajarkan anak tentang nilai-nilai kebajikan universal yang membentuk pribadi yang lebih berkarakter.


Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

Dalam pengambilan suatu keputusan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut tentu berdampak pada lingkungan kita. Jika kita sudah memberikan keputusan akhir, namun di tengah jalan kita sendiri yang melanggar hasil keputusan karena kasihan/kemanusiaan atau hal lainnya, tentu akan memunculkan reaksi yang beragam dari orang-orang di lingkungan kita. Pihak yang mendukung keputusan kita akan tetap berpikir positif terhadap kita. Namun sebaliknya, pihak yang berseberangan dengan kita pastinya akan memanfaatkan keluwesan keputusan kita untuk menjatuhkan nilai kita di masyarakat, bahkan dijadikan salah satu alasan untuk melakukan hal yang serupa karena menganggap bahwa kita kelak akan memberikan toleransi kepada mereka.


Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda? Setiap keputusan yang kita hasilkan tentunya akan berdampak pada aktivitas yang sedang kita jalani. Demikian juga dalam kegiatan pembelajaran. Tak jarang kita mengalami dilema etika ketika berhadapan dengan murid-murid yang 'iseng' di tengah-tengah proses pembelajaran. Jadi, di saat itu pula, kita harus pandai menyikapi dan cermat mengambil keputusan agar tidak mengganggu konsentrasi belajar murid lain dan juga tidak menyakiti perasaan murid 'iseng' tersebut, namun tetap berusaha memberikan efek jera dengan perlakuan yang lembut, tapi tegas.


Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Filosofi Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara tentu berpengaruh besar terhadap sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran.

Ing ngarso sung tuladha (di depan memberi teladan), menggambarkan bahwa seorang guru harus dapat menjadi sosok yang ideal, baik dari sisi pemikiran, perkataan, maupun perbuatan, karena akan menjadi teladan (contoh) bagi murid-murid khususnya dan masyarakat pada umumnya. Hal-hal baik dari pribadi guru tersebut akan diikuti, bahkan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Karena keteladanannya tersebut, guru hendaknya selalu mempertimbangkan secara matang sebuah keputusan dari berbagai sudut pandang karena sadar bahwa setiap keputusan yang diambilnya akan mendapat perhatian besar dari masyarakat. 

Ing madya mangun karsa (di tengah memberi semangat), menggambarkan bahwa seorang guru harus dapat berdiri sejajar menjadi seorang relasi/teman bagi para murid. Guru harus dapat memahami kondisi murid agar murid merasa nyaman dan mau berbagi cerita dengannya. Dengan demikian, guru dapat memberikan coaching dengan baik saat ditemukan adanya suatu permasalahan yang terjadi pada murid. Keputusan/solusi yang akan diambil pun dapat sesuai dengan permasalahan yang sedang terjadi dan kesanggupan murid itu sendiri karena guru hanya membantu menggali potensi dari diri murid. 

Tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan), menggambarkan bahwa guru harus dapat memberikan dukungan/dorongan dan arahan kepada murid agar dapat mengembangkan potensinya. Dalam hal ini, guru hendaknya menjadi motivator dan fasilitator dalam kegiatan pembelajaran agar dapat terinternalisasi dalam diri murid di masa kini maupun masa depannya.


Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita berpengaruh besar pada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Nilai-nilai positif yang kita anut senantiasa dapat menjaga kita dari keputusan yang bertentangan dengan norma di masyarakat. Akan tetapi, tak jarang kita berhadapan dengan situasi yang menuntut kita 'mengubah' keputusan yang telah dihasilkan dikarenakan rasa iba/kasihan, kesetiakawanan, keadilan, kebenaran, dan nilai lainnya. Nah, di sinilah prinsip kita diuji.


Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Setiap bimbingan yang diberikan oleh pendamping atau fasilitator sangat bermanfaat. Bahkan, dapat memantik motivasi dan semangat untuk terus melakukan hal terbaik dalam diri saya agar memiliki kebermanfaatan bagi orang banyak.


Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif? Pengambilan keputusan yang diperoleh melalui coaching sangat efektif karena sikap yang diambil disesuaikan dengan kemampuan diri sendiri.


Masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Pengambilan keputusan dalam kegiatan 'coaching' tentu efektif meskipun di dalam pelaksanaan coaching itu sendiri diperlukan usaha yang maksimal dalam menggali potensi diri, khususnya murid, karena keterbatasan kosakata yang dikuasai oleh murid.


Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Guru juga manusia yang memiliki emosi. Namun, kita sebagai guru sudah seharusnya mampu mengelola emosi dan pikiran kita agar dapat memberikan keputusan terbaik yang membimbing murid-murid dengan lebih baik.  Jika seorang guru kurang memiliki pengelolaan kompetensi sosial emosional yang matang, tentu akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan yang bisa merugikan, tidak hanya murid, tetapi juga sekolah dan pribadi guru itu sendiri.


Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan studi kasus yang fokusnya berkaitan dengan masalah moral atau etika tentu akan kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik (guru). Jika di dalam diri guru sudah tertanam kuat nilai-nilai positif, tentunya dalam pemecahan suatu kasus pun akan tercermin keputusan yang positif. Guru tersebut akan mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum benar-benar memberikan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan dan mengandung nilai-nilai kebajikan universal.


Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Pengambilan keputusan yang tepat tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Misalnya saja pemberlakuan sanksi (denda) dalam layanan sirkulasi perpustakaan. Kita harus benar-benar mempertimbangkan besarnya denda yang diberlakukan dalam peraturan sirkulasi sesuai dengan sebagian besar kondisi murid dan lingkungan sekitar sekolah. Dengan demikian, murid yang merasa terlambat mengembalikan buku akan langsung menyadari konsekuensinya. Murid nyaman, petugas pun nyaman sehingga tercipta suasana perpustakaan yang positif dan kondusif karena sudah tersedia aturan yang jelas dan manusiawi.


Selanjutnya, apakah ada kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda? 

Iya, tentu ada. Contohnya, ketika ada seorang murid yang jarang masuk sekolah dan jarang mengerjakan tugas, tetapi memiliki sikap yang baik, tak menampik kemungkinan saya akan mempertimbangkan murid tersebut untuk tetap naik ke jenjang berikutnya pada saat rapat kenaikan kelas. Kondisi tersebut merupakan dilema etika yang mengikuti perubahan paradigma rasa keadilan melawan rasa kasihan.


Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Pengambilan keputusan yang kita ambil pada dasarnya demi kebaikan murid. Semaksimal mungkin kita mengambil keputusan dengan melibatkan murid agar tercipta lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Akan tetapi, terkadang kita pun menghadapi murid yang ‘sangat aktif-ekspresif’ sehingga keputusan yang kita ambil dianggap tidak sesuai bagi mereka, yang pada akhirnya mereka melaksanakan keputusan secara terpaksa.


Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang mengambil keputusan secara tepat tentu akan mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-murid. Sebagaimana orang Jawa mengatakan bahwa GURU itu digugu lan ditiru (dipercaya dan diikuti). Guru bukan hanya mentransfer materi mata pelajaran, melainkan juga membimbing dan mendidik nilai-nilai yang bermakna bagi murid sebagai bekal di masa depan murid kelak. Segala ucapan dan laku guru akan dicontoh dan diikuti oleh murid-muridnya, termasuk kesigapan,  kecermatan, dan ketepatan guru dalam mengambil keputusan.


Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Saat kita dihadapkan pada sebuah situasi/ kasus tertentu dan mengharuskan kita untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita sebaiknya mempertimbangkan secara matang baik-buruknya keputusan tersebut. Pengambilan keputusan harus dapat dipertanggungjawabkan dan mengandung nilai-nilai kebajikan universal agar tidak merugikan pihak lain. Terlebih lagi, sebagaimana filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, kita sebagai guru memang sudah seharusnya ‘menuntun’, bukan menuntut. Jadi, setiap ada kasus/permasalahan yang mengandung dilema etika, kita harus peka dan menyikapinya dengan baik, bijak, dan komunikasi yang efektif. Keputusan yang positif dan bijak tersebut tentunya akan menciptakan lingkungan positif yang membentuk murid-murid berkarakter profil pelajar Pancasila.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perpanjangan SIM C